Minggu, 04 Januari 2009

PEMEROLEHAN KOSAKATA

PEMEROLEHAN KOSAKATA

I. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Isu globalisasi saat ini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkomunikasi dalam berbagai bahasa asing terutama Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Keahlian berbahasa asing ini diperlukan untuk menguasai ilmu pengetahuan, memiliki pergaulan luas dan karir yang baik. Hal ini membuat semua orang dari berbagai kalangan termotivasi untuk mengusai Bahasa Inggris.
Kecenderungan masyarakat akan penguasaan bahasa asing tersebut, membuat berbagai lembaga pendidikan saling berlomba membuat program yang memasukan Bahasa Inggris sebagai salah satu keahlian yang dikembangkan. Termasuk lembaga pendidikan anak usia dini. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa anak lebih cepat belajar bahasa asing dari pada orang dewasa (Lenneberg).
Penelitian menyatakan kebermanfaatan menguasai bahasa asing lebih dini, dinyatakan , bahwa anak yang menguasai bahasa asing memiliki kelebihan dalam hal intelektual yang fleksibel, keterampilan akademik, berbahasa dan sosial. Selain itu, anak akan memiliki kesiapan memasuki suatu konteks pergaulan dengan berbagai bahasa dan budaya. Sehingga ketika dewasa anak akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan bisa berprestasi . Ditambahkan bahwa pemahaman dan apresiasi anak terhadap bahasa dan budayannya sendiri juga akan berkembang jika anak mempelajari bahasa asing sejak dini. Alasannya karena mereka akan memiliki akses yang lebih besar terhadap bahasa dan budaya asing.
Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang mempersiapkan standar kompetensi dalam Kurikulum, menetapkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi selain sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris bertujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik dalam bentuk lisan atau tulis, yang meliputi kemampuan mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
2. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat bahasa dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.
3. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya agar siswa memiliki wawasan lintas budaya dan dapat melibatkan diri dalam keragaman budaya.
Salah satu komponen pembelajaran bahasa adalah pemahaman kosakata dari bahasa Inggris itu sendiri, di samping komponen-komponen lainnya.

II. PERMASALAHAN
Mata Pelajaran Bahasa Inggris di sekolah-sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
3. Mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya.
Pada hal ini penulis menilai vocabulary acquisition sangat significant. Kemudian penulis mencoba menganalisa bagaimana bahasa Inggris agar lebih mudah dipelajari dengan kosakatanya.

III. TUJUAN PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana yang sesuai dalam hal pentingnya pemerolehan vocabulary atau kosakata pada anak usia kritis. Hal ini ditujukan agar pembelajar dapat memahami nuansa makna dan langkah-langkah pengembangan retorika di dalam teks tertulis yang berbentuk deskriptif, naratif, anekdot, eksposisi analitis, dan eksposisi dengan penekanan pada makna ideasional (gagasan) dan makna tekstual (yang diungkapkan pada susunan kalimat dan teks).
2. Agar pembelajar terus dapat mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional dengan pemerolehan kosakata pada dasarnya.
3. Menjadi wacana yang dapat mendorong masyarakat umum agar memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global
4. Menyampaikan pengalaman penulis dalam mengaplikasikan salah satu teknik dan media yang efektif dalam pembelajaran kosakata bahasa Inggris yang mudah diingat dan dihafal oleh siswa.
IV. DASAR TEORI
Tinjauan Tentang Bahasa Inggris.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. (http://tpcommunity05.blogspot. com/2008/05/)
Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar seorang individu mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris
Tingkat kemampuan itu mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, orang mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan ke dalam bahasa sasaran (Wells,1987).
Menurut Gagne dalam Yamin, 2005: 17, belajar merupakan kegiatan yang kompleks dimana setelah belajar tidak hanya memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, akan tetapi seorang individu harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikirannya karena belajar merupakan proses kognitif. Lingkungan sekitar banyak mempengaruhi sikap dan perilaku masing-masing individu, seperti pola berfikir, bertindak, berbicara, sikap, gaya bahasa, watak dan lain sebagainya. Lingkungan pemerolehan vocabularies / kosakata terdiri dari rumah tangga, sekolah, dan lingkungan lainnya.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar suatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Tinjauan Tentang Kosakata :
Kosakata merupakan semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan ( TIM penyusun Kamus Pusat Bahasa, 1995 : 327), sedangkan menurut Zainuddin (1992 : 8), kosakata digunakan untuk mewakili suatu nama, sifat, bentuk dan jenis benda, bisa menggunakan kesatuan bahasa yang bermakna, yang disebut kata atau kelompok kata.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Sehingga bisa dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas, tingkatan dan kedalaman kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya (Tarigan, 1993 : 2-3). Hal ini selaras dengan pandangan Dale dalam Tarigan (1985 : 3) yang memberikan pandangan tentang pentingnya memahami kosakata sebagai berikut :
1. Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya.
2. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual.
3. Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan kosakata.
4. Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan dan status sosial.
5. Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, dan
6. Penelaahan kosakaa yang efektif hendaknya beranjak dari kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui.
Tujuan pengajaran bahasa ialah agar para siswa terampil berbahasa yang mencakup mesalah keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa keterampilan berbahasa membutuhkan penguasaan kosakata yang memadai. Penguasaan kosakata yang memadai itu menentukan kualitas orang seorang dalam berbahasa.
Dengan menguasai kosakata yang memadai dan pelatihan yang cukup diharapkan dapat mencapai hal berikut :
a. Meningkatkan kemampuan para siswa
b. Meningkatkan taraf perkembangan konseptual para siswa
c. Mempertajam proses berfikir dan
d. Mempelajari kosakata secara umum kita perkenalkan kosakata dasar
(http: // www.ialf.edu)
Pada kelas awal, pembelajaran bahasa asing dengan pengenalan kosakata dasar. Alasannya agar mempermudah siswa mempelajari bahasa, khususnya bahasa Inggris karena dikenalkan dengan kata-kata sederhana dari lingkungan sekitar dirinya. Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain (Tarigan,1993 :3) kedalam kosakata dasar ini telah termasuk :
a. Istilah kekerabatan : misalnya ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek, bibi, paman, dll
b. Nama bagian tubuh : misalnya kepala, rambut, hidung, telinga, pipi, gigi, kaki, tangan, jari, dll
c. Kata ganti (diri, penunjuk) : misalnya saya, kamu, dia, mereka, kalian, sana, situ, itu, ini, dll
d. Kata bilangan pokok : misalnya satu, dua, tiga, lima, tujuh, sepuluh, duapuluh, seratus, seribu, sepuluh ribu, dll
e. Kata kerja pokok : misalnya makan, minum, tidur, mandi, memasak, menulis, membaca, dll
f. Kata keadaan pokok : misalnya suka, duka, senang, susah, lapar, malam, siang, pagi, dll
g. Benda-benda universal : misalnya tanah, air, sepi, udara, langit, bulan, bintang, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan, dll
Menurut Tarigan ( 1993 : 23 ), kosakata selain untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kosakata para siswa, namun dapat bertujuan untuk :
a. Meningkatkan taraf kehidupan siswa
b. Meningkatkan taraf kemampuan mental para siswa
c. Meningkatkan perkembangan konseptual para siswa
d. Mempertajam proses berfikir kritis para siswa
e. Memperluas cakrawala pandangan hidup para siswa.
V. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei, yang dipakai untuk tujuan eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi tentang pemerolehan kosakata dalam cara-cara tertentu agar lebih efektif dan efisien.
Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai basisnya. Misalnya SD Tri Tunggal yang berlokasi di Semarang Indah.. Sampel penelitian diambil secara proporsional random sampling.
Teknik Analisis Data :
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif.
VI. HASIL PENELITIAN
Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh sebab itu, tujuan utama pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris.
Para pengajar bahasa Inggris dapat membuat permainan. Itu memudahkan pembelajar untuk mempraktekkan kosa kata mereka. Permainan ini bisa dilakukan pasangan atau berkelompok
Alat peraga dan gambar dapat memberi gagasan dan dorongan kepada anak-anak karena media ini dinilai menyenangkan bagi anak-anak.. Sehingga dapat lebih kreatif dalam mengembangkan alat peraga agar para murid menjadi senang belajar media Inggris. Jadilah kelebihan alat peraga visual khususnya sebagai salah satu dari media pembelajaran yang efektif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian stimuli terhadap anak dapat mengembangkan kosa kata dan semantik mereka. Pengaruh tersebut dapat dilihat setelah peneliti memberikan stimuli kepada mereka. Hal ini berarti, ada pengaruh pemberian stimuli oleh lingkungan terhadap perkembangan pemerolehan bahasa anak prasekolah.
VII. REFERENSI
www.bahasaInggris.pdf
http://www.sdkrashen.com/SL_Acquisition_and_Learning/index.html
(http://tpcommunity05.blogspot.com/2008/05/)
http://alamsetiadi08.wordpress.com/upaya-peningkatan-vocabulary-siswa-dengan-media-wordwall/
http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/laman/nawala.php?info=artikel&infocmd=show&infoid=34&row=1
http: // www.ialf.edu
Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo.

_____________. 2003. Psikolinguistik. Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
____________.2000. Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak . Jakarta. Children’s Resources International. Inc. ( Alih Bahasa : Kenny Dewi Juwita, dkk.)
Tarigan, Henry. 1985. Penggalan Kosakata. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan, Henry. 1993. Pengajaran Kosakata. Jakarta: Rineka Cipta
Allen, Janet. Words, Words, Words Portland: Stenhouse Publishers, 1999

Working with Words, http://www.wfu.edu/cunningh/fourblocks/block4.html

Hamid, Fuad Abdul. 1987. Prosedur Belajar-Mengajar Bahasa. Jakarta: Depdikbud,.



Tidak ada komentar: